Region O’Higgins di Chile dikenal sebagai lumbung pertanian yang menghasilkan buah segar dan wine berkualitas. Luas wilayahnya mencapai 16.396 km² dengan populasi sekitar 915.000 jiwa, namun kontribusinya luar biasa menyumbang 42% dari total ekspor buah segar Chile. Tahun 2024 saja, ekspor buah segar dari kawasan ini tembus USD 3,517 miliar!
Apa saja buah andalan dari sana? Ceri, apel, anggur meja, kiwi, hingga prem yang ternyata cocok banget dikreasikan ke dalam camilan khas kita, lho.
“Sudah menjadi misi kami untuk memperkenalkan kekayaan pertanian Region O’Higgins kepada publik, terutama melalui produk-produk yang semakin diapresiasi di pasar Indonesia. Kegiatan hari ini membantu meningkatkan kesadaran terhadap wilayah ini dan juga Chili,” ungkap Patricio Parraguez Bravo, Komisioner Perdagangan Chile di Indonesia di Jakarta, Selasa (29/7/2025).
Salah satu highlight acara ini adalah kolaborasi kreatif dari Laura Wiramihardja, Co-Founder Iki Koue – brand yang memang dikenal sebagai jawara dessert lokal. Laura memadukan prunes dan apel dari Chile ke dalam jajanan tradisional seperti kue basah dan cake lokal.
“Saya ingin menunjukkan bahwa bahan-bahan seperti prunes dan apel dari Chile bisa diolah menjadi kue tradisional yang tidak hanya lezat, tapi juga unik,” ujar Laura. FYI, Iki Koue adalah pemenang Jakarta Dessert Week Golden Swirl Award 2024 dan pemecah rekor MURI berkat kreasi Wayang Gatot Kaca dari 2.000 kue tradisional!
Bagaimana dengan wine? Di sinilah Kertawidyawati, edukator wine dan pendiri Widya’s World of Wine, memainkan peran penting. Ia memandu sesi pairing wine Chile dengan camilan Indonesia. Dan ternyata… hasilnya luar biasa!
“Kegiatan hari ini adalah cara menarik untuk menghormati warisan kuliner tradisional Indonesia, sambil mengeksplorasi bagaimana wine dan buah-buahan dari wilayah yang sama bisa berpadu secara alami. Ada konsep dalam pairing: ketika semuanya berasal dari satu wilayah yang sama, maka mereka akan saling melengkapi secara alami,” jelas Widya.
Nah, Sahabat Trends, ternyata wine Chile juga sudah cukup dikenal di pasar Indonesia, lho. Bahkan menurut Albert Hasiholan Trade Manager ProChile, Chile menempati posisi nomor dua dalam volume penjualan wine di Tanah Air, setelah Australia.
“Wine Chile itu nomor dua secara volume penjualan di Indonesia, setelah Australia. Kelebihannya ada pada kualitas dan harga. Kami menyasar anak-anak muda atau newbie yang baru ingin mencoba wine. Karena Chile menawarkan harga yang lebih terjangkau dengan kualitas yang bagus.”
Albert juga membocorkan bahwa banyak winery lokal di Indonesia menggunakan bahan baku dari Chile. “Bahkan beberapa winery lokal menggunakan jusnya Chile. Kayak misalnya Salt Bae. Ada beberapa winery lagi yang menggunakan, ada sebagian menggunakan Australia. Tapi Chile juga dipakai. Bahannya dipakai, diproses di sini, dibuat wine.”
Tentu saja, edukasi menjadi bagian penting dari strategi Chile memperkenalkan wine-nya ke masyarakat Indonesia. “Untuk edukasi perihal wine kan ya itu butuh waktu. Jadi lebih ke edukasi dari istilahnya pengguna wine itu sendiri. Ya bagaimana, bukan hanya penggunaan ya, tapi bagaimana orang bisa merasakan apa sih bagusnya wine, sensasinya wine-nya apa, rasanya seperti apa, ya itu kan yang harus di-knowledge lah,” jelasnya.
Dan bukan cuma wine, buah segar Chile juga turut mencuri perhatian. Salah satunya adalah apel Envy – apel premium berukuran besar dengan rasa manis dan tekstur renyah. “Envy itu adalah sebuah brand, sebuah brand yang dari internasional… dan ini jenis Envy di Chile,” jelas Albert.
Kiwi Chile juga menjadi favorit karena kualitasnya yang segar dan cocok untuk pasar tropis seperti Indonesia.
Jadi, Sahabat Trends, acara ini bukan hanya memperkenalkan produk, tapi juga membuka ruang inovasi kuliner Indonesia yang semakin kaya dengan sentuhan global. Siapa sangka, buah dan wine dari Region O’Higgins bisa begitu klop dengan rasa dan kreativitas khas Indonesia?
Kalau kamu penggemar kuliner dan ingin eksplorasi rasa-rasa baru, mungkin sudah saatnya memasukkan produk Chile ke dalam daftar belanjamu. Siap berinovasi di dapur?